AMALAN MUSTAJAB UNTUK MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

UN 2016 sudah di ambang pintu. Sampai sejauh mana persiapan para calon peserta UN dalam rangka menghadapi UN 2016. Untuk menghadapi UN tidak hanya mengandalkan kecerdasan dan segenap kemampuan yang kita miliki , akan tetapi juga memerlukan pertolongan ( maunah ) dari ALLah Swt.  Oleh karena itu diperlukan suatu amalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya agar kita senantiasa mendapatkan pertolongan-Nya dalam mengerjakan soal - soal UN sehingga berhasil mencapai nilai yang memuaskan. Berikut ini amalan - amalan untuk menghadapi UN : Memperbanyak membaca istighfar  Memperbanyak membaca sholawat Nabi Membaca Yaa Kabiir sebanyak 232 kali setiap selesai sholat fardlu secara istiqomah sampai menjelang pelaksanaan UN. Membaca basmalah sebanyak 1000 kali pada tengah malam menjelang hari H pelaksanaan UN.  Selain mengamalkan amalan - amalan di atas para calon peserta UN seharusnya menghindari hal - hal yang menyebabkan kita mudah lupa antara lain : banyak makan banyak...

AKIBAT MENIKAH TANPA CINTA

PRAHARA PERNIKAHAN PERTAMA
                Pada  tahun 1996 aku pulang kampung halaman dan tak sengaja aku melihat sosok  yang pernah aku kenal semasa SD dan SMP  sedang dibonceng sepeda motor oleh temannya. Kami kebetulan berpapasan di perempatan jalan ketika aku berangkat ke masjid untuk mengikuti  sholat Maghrib berjamaah. Aku memanggilnya dengan suara lirih namun dia tidak menanggapinya. Kupikir dia tidak mendengar  suaraku atau mungkin  dia sudah lupa padaku. Beberapa saat kemudian tiba – tiba dia memanggilku dengan suara lantang. Aku menoleh ke arahnya. Dia tampak tersenyum merekah dan kelihatan gigi – giginya yang putih bersih. Sesaat kami berpandangan sebelum akhirnya bayang wajahnya  semakin menjauh hilang di dalam kegelapan. Aku kembali melangkahkan kakiku ke masjid dengan hati berdetak dengan kencang.
                Keesokan harinya aku harus kembali  dalam perantauan. Selama dalam perantauan sebenarnya dia yang paling sering hadir dalam mimpiku. Dia adalah seseorang yang sulit aku lupakan selama aku  menjalani hari – hariku di masa remaja. Dia sebenarnya seseorang yang paling membuat jantungku berdebar - debar. Namun aku  selalu memendamnya dalam setiap deritaku. Aku telah jatuh bangun memperjuangkan hidup ini dan tak tahu entah sampai kapan aku berhasil mengubah nasibku.
                Pada tahun 2003 ketika aku menunggu iqomah untuk sholat Maghrib berjamaah di kampung halaman, aku bertemu dengan Sunoko, teman masa SD. Sunoko bertanya padaku, “ NP sudah menikah dan apakah kamu dapat undangan ?”
                “ Aku tidak mendapat undangan karena mungkin dia tidak tahu keberadaanku ada di mana.”, jawabku.
                Banyak sudah teman yang menikah entah itu laki – laki dan perempuan , sedangkan di antara semua saudaraku  pada saat itu belum ada yang menikah. Kakak tertuaku belum menikah juga. Adik perempuanku, si  EZ  yang sudah waktunya menikah belum kunjung datang  juga jodohnya. Di keluarga kami , orang tua membuat peraturan bahwa anak laki – laki harus mengalah sama anak perempuan. Sebelum ada anak perempuan yang menikah maka tak satu pun anak laki – laki yang boleh menikah.
                Pada tahun 2004, EZ di lamar oleh teman sekolahnya dulu di SMAN Prambon. Pada saat itu EZ sudah bekerja di SMAN Prambon. Pernikahan EZ berlangsung pada pertengahan  tahun 2005. EZ bisa menanggung sebagian besar biaya pernikahannya dari hasil jerih payahnya sendiri. Beberapa bulan kemudian kakak laki – lakiku menikah di akhir tahun 2005. Aku harus membantu sebagian biaya pernikahan kakakku.
Pada tahun 2006, bapakku mulai mengalami kebutaan karena penyakit katarak yang sudah mencapai stadium akhir dan tidak bisa di operasi. Bapak sudah kami usahakan berobat ke mana – mana namun tak kunjung sembuh. Bapak sudah tidak bisa bekerja lagi.
Dua tahun sejak kakakku menikah, aku belum menemukan jodoh juga sampai adikku yg bernama UQ dilamar oleh calon suaminya pada tahun 2007. Ibu berharap aku tidak menikah dulu untuk membantu biaya pernikahan adikku tersebut. Kemudian pernikahan UQ  dilangsungkan pada tahun 2008. Setahun setelah pernikahan UQ, aku belum menemukan jodoh juga. Jika ada orang yang bertanya, “Kapan kamu akan menikah ?” , aku menjawabnya , “ Biarlah Allah yang mengatur segalanya.”  Sudah beberapa orang berusaha mencarikan aku calon istri, namun selalu gagal sampai akhirnya adik bungsuku yang bernama BM  dilamar oleh calon suaminya pada tahun 2009. Lagi – lagi ibuku berharap aku yang membantu membiayai pernikahan adikku. Resepsi pernikahan BM masih ditunda sampai tahun 2010. Pada tahun itu juga, aku dikirim untuk mengajar di daerah pedalaman   Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Penduduk setempat telah bergotong royong membangunkan rumah untukku. Kepala suku di daerah tersebut telah menganggapku  sebagai anak angkatnya. Aku diberi lahan  seluas 2 hektar. Keadaan di daearah pedalaman Sumatera masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Pulau Jawa. Banyak jalan yang belum diaspal. Sungai masih dijadikan sebagai jalur transportasi utama. Pada saat musim penghujan, jalur darat tidak bisa dilalui karena sangat becek . Air yang digunakan untuk mandi dan mencuci baju setiap hari berwarna kecoklatan dan bercampur dengan lumpur. Penduduk menampung air hujan dengan tandon besar untuk keperluan memasak dan air minum. Penerangan di malam hari  menggunakan listrik  yang  digerakkan dengan  tenaga diesel dan hanya bertahan sampai jam 9 malam. Setiap kali aku mencharge handphone tidak pernah sampai penuh.
Aku pulang kampung dari Pulau Sumatera beberapa hari menjelang pernikahan BM pada tahun 2010. Aku tinggalkan rumah dan tanahku di Pulau Sumatera. Uang hasil jerih payahku dari sana aku gunakan untuk membantu biaya pernikahan BM. Pada waktu itu semua  saudaraku sudah menikah dan tinggal diriku seorang yang belum. Setelah pernikahan BM, beberapa tetangga mempunyai negatif thinking padaku bahkan sampai mencemooh langsung diriku. Mereka menganggap bahwa aku adalah seorang yang banci. Bahkan seorang kyai di kampung halamanku mengira bahwa aku adalah laki – laki yang tidak normal. Hal itu membuatku sakit hati. Pada saat itu, umurku sudah lebih dari 30 tahun dan aku sudah berusaha untuk menemukan pasangan hidup namun selalu gagal.
Setelah pernikahan BM, aku tidak kembali ke Pulau Sumatera. Aku mendapat tawaran untuk mengajar di kota Probolinggo. Aku berangkat ke sana ketika Gunung Bromo sedang meletus pada tahun 2010. Di sana aku tinggal dekat dengan rumah Ustadz IM yang letaknya berdekatan dengan Masjid Daarut Tauhid.. Beliau adalah seorang ulama alumni Universitas Al – Azhar, Mesir. Beliau adalah seorang dosen di Universitas Zainul  Hasan, Kraksaan, Probolinggo. Di samping itu beliau juga seorang mubaligh. Karena sering ketemu di Masjid  Daarut Tauhid ,tempat pengajian beliau , kami menjadi akrab. Aku selalu diajak mendampingi beliau berdakwah ketika beliau  mendapat undangan sebagai pembicara dalam pengajian umum. Aku sering  juga diajak main ke kampus tempat beliau mengajar. Lama kelamaan aku ditugasi menjadi imam sholat Shubuh di Masjid Daarut Tauhid dan kadang – kadang mendapat tugas sebagai khotib shalat Jumat.
Pada suatu hari aku diajak Ustadz IM untuk mendampingi beliau mengajar di salah satu Pondok Pesantren yang berada di luar kota Probolinggo. Setelah beliau selesai mengajar, aku diperkenalkan dengan Ustadz MS, pengasuh pondok tersebut.
Ustadz MS bertanya padaku ,” Apakah kamu sudah menikah ?”
Aku menjawab ,” Belum, Ustadz ?”
“ Nggak usah khawatir, nanti biar aku carikan. Di sini kamu bisa memilih santri putri mana yang kamu suka. “, kata Ustadz MS.
Pada hari Jumat tertentu , Ustadz MS biasanya mendapat tugas menyampaikan khutbah di Masjid Daarut Tauhid yang letaknya  bersebelahan dengan tempat tinggalku di Kota Probolinggo. Jadi aku sering ketemu dengan Ustadz MS dan hal itu menjadikan kami semakin akrab. Ustadz MS mempunyai 2 orang kerabat perempuan yang belum menikah. Yang satu berdomisili di Gresik dan yang lain berdomisili di Bangil, Pasuruan. Ustadz MS memberitahukan kepada Ustadz IM agar aku memilih salah satu di antara mereka. Namun akhirnya, hanya yang bernama Hj UR  yang tinggal di Bangil yang ditawarkan sebagai calon istriku.
Setelah mendengar berbagai kelebihan Hj UR ,  aku merasa rendah diri ( minder ). Bagaimana aku tidak minder , aku merasa levelku  berada jauh di bawahnya. Dia seorang hafidzoh, ustadzah, hajjah, juara 2 lomba Tafsir Quran tingkat Nasional, punya pondok pesantren, punya banyak santri. Setelah sholat Shubuh, aku berbicara empat mata dengan Ustadz IM.
“Gus , aku merasa minder dengannya. Kenapa tidak dengan yang lain saja ?”, aku berkata kepada Ustadz IM.
“ Jika dua insan sudah ditakdirkan berjodoh, tidak boleh ada kata minder. Kamu tidak akan bisa mengelak akan ketentuan Allah.”, jawab Ustadz IM.
“ Baiklah, Gus. Beri aku waktu untuk sholat istikhoroh dulu.”
Setelah aku shalat istikhoroh, dalam tidur aku bermimpi Ustadz IM dan Ustadz MS mengajakku melamar Hj UR dengan naik mobil Taft GT. Dalam perjalanan menuju Kota Bangil , ada orang tua yang menghadang di tengah jalan. Orang tua  tersebut berkata agar kami kembali ke Probolinggo karena kalau kami melanjutkan perjalanan akan berakibat fatal. Aku ceritakan mimpiku tersebut kepada Ustadz IM dan meminta beliau untuk membatalkan perjodohan tersebut. Namun Ustadz menangguhkan pembatalan karena anaknya sedang sakit.
Pada suatu hari  Jumat, Ustadz MS mendapat tugas menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Daarut Tauhid. Setelah shalat Jumat beliau bertemu denganku.
“Pak, bagaimana keputusan antum ?”, Ustadz MS bertanya padaku.
“ Maaf, aku belum bisa memberi keputusan, Ustadz.”, jawabku.
 Ustadz MS meminta masuk ke dalam bilikku kemudian aku mempersilakan beliau duduk.
“ Kenapa antum belum bisa memberi keputusan padahal pihak Bangil sudah rela menerima antum sebagai calon suaminya ?”, Ustadz MS bertanya.
“ Aku bukan keturunan kyai, Ustadz.”,jawabku.
“ Tidak masalah, kita semua ini keturunan orang – orang Hindu atau Buddha. Jika seseorang menikah karena kecantikannya maka ia akan mendapatkan kesombongannya, jika seseorang menikah karena hartanya maka tidak akan bertambah hartanya selain kemiskinan, jika seseorang menikah karena keturunannya maka ia akan mendapatkan kehinaan, maka menikahlah karena agamanya.”
Mulutku seolah – olah terkunci ketika aku hendak menceritakan tentang mimpi yang kualami. Akhirnya  aku menyetujui ketika  diajak untuk melakukan ta’aruf atau khitbah ke Bangil. Keesokan harinya aku bersama dengan Ustadz MS dan Ustadz IM berangkat ke Bangil untuk melakukan khitbah. Setelah sampai di rumah Hj UR kami diberi kesempatan untuk saling bertanya. Sebelum kami kembali ke Probolinggo aku menyatakan bersedia menikahi Hj UR. Setelah itu aku ajak orang tua dan sanak kerabatku untuk melamar Hj UR. Kemudian giliran pihak keluarga Hj UR yang datang ke rumahku.
Dalam acara tunangan di rumahku bapakku berkata , “ Beginilah keadaan kami , anakku tidak punya kelebihan apa – apa , kenapa lamarannya kok diterima ?”
“ Kami tidak memandang semua itu, yang penting keluarga  Bapak  masih ada perjuangannya dalam agama.”, jawab kakak ipar Hj UR.
Dua bulan sebelum hari pernikahan, aku dan Hj UR tidak boleh saling berkomunikasi baik melalui sms atau telepon. Duapuluh hari menjelang hari pernikahan, ibu jariku tertusuk duri ikan lele ketika sedang membersihkannya. Hal ini membuat tanganku terkena infeksi dan terasa kejang – kejang. Badanku terasa panas bagaikan dibakar bara api. Aku terbaring lunglai di atas ranjang. Melihat hal itu, bibiku sampai menangisi keadaanku. Kejadian itu bersamaan dengan lahirnya keponakanku dari adik bungsuku. Meskipun keadaanku sudah parah, aku tidak memberi kabar kepada calon istriku dan pihak keluarganya. Aku hanya memohon kepada Allah agar aku segera sembuh dan pernikahan tidak batal atau gagal karena aku sakit. Lima hari menjelang hari H barulah aku sembuh dari sakit. Setelah itu aku langsung mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk prosesi pernikahan.
Prosesi pernikahanku dengan Hj UR berlangsung pada bulan Juni tahun 2011. Resepsi pernikahan itu  diadakan di Gedung dekat Alun – alun Bangil secara mewah dan meriah. Banyak tamu undangan yang hadir memenuhi gedung tersebut. Setelah acara resepsi di Bangil selesai, kuboyong istriku ke Nganjuk. Setelah acara resepsi di Nganjuk, istriku menangis di atas ranjang.
Istriku berkata,” Aku minta maaf karena aku bukanlah istri yang baik untukmu. Aku khawatir tidak bisa menyenangkan hatimu  dan hal itu hanya akan membuatku malah berdosa. Pernikahan ini hanya untuk menuruti kenginan saudara – saudaraku. Aku tidak bisa berkutik kepada mereka. Diminta ke utara aku ke utara , diminta ke selatan aku keselatan. Aku doakan semoga kamu mendapatkan pengganti yang lebih baik daripada aku. Pulangkan aku ke rumahku di Bangil. Kebahagianku adalah jika aku berada di tengah – tengah murid – muridku.”
Bagai di sambar petir di siang hari aku mendengar kata – kata itu. Mungkin ini adalah arti mimpi yang kualami, kemudian aku berkata ,” Ya, aku menyadari mungkin aku bukanlah orang yang kau harapkan selama ini. Aku bukanlah orang yang pantas menjadi suamimu. Mengapa baru sekarang kamu katakan semua itu. Aku belum bisa menceraikanmu sekarang  juga. Kamu nggak tahu betapa hancurnya hati orang tuaku jika langsung mendengar semua ini. Jika nanti kamu ingin bercerai denganku , kamu sendiri yang harus mengurus di pengadilan dan membiayainya.”
Terlalu dini jika masalah ini kuceritakan kepada orang tua dan saudara – saudaraku. Aku tak ingin mereka shok mendengarnya apalagi resepsi pernikahan baru saja selesai dan dekorasi masih menghiasi  halaman rumah. Aku sudah terbiasa menghadapi pahitnya kenyataan hidup  dan hal itu telah menempaku menjadi seorang yang tegar. Aku dan keluargaku  harus menghadapi rasa malu kepada tetangga jika sebentar lagi aku akan bercerai dengan istri pertamaku. Dua hari setelah resepsi di Nganjuk aku dan istriku berpamitan kepada orang tua dan sanak kerabat untuk kembali ke Bangil. Aku berusaha tidak menunjukkan muka sedihku sehingga semua menganggap seolah – olah pernikahan kami sakinah mawaddah wa rahmah. Sebenarnya kehadiranku di rumah istriku hanyalah bagai seonggok sampah yang tak berguna. Tiada keceriaan yang terpancar di wajah istriku, bahkan dia sering kali murung di bawah jemuran. Keberadaanku di rumahnya hanyalah menambah beban dan mengganggu kehidupannya. Rutinitas istriku di Bangil padat sekali. Hampir tak pernah ia berada di rumah di siang hari. Dari pagi sampai malam ia mengajar. Pulang mengajar badannya sudah terlalu lelah kemudian ia tidur pulas sampai Shubuh. Aku menasehatinya untuk mengurangi aktivitasnya, namun tidak berguna nasihat tersebut. Ia lebih mengutamakan kepentingan orang banyak karena dia adalah orang yang sangat dibutuhkan di lingkungan sekitarnya.
Bulan Ramadhan pun tiba. Aku sudah tidak pernah pulang lagi ke rumah istriku sampai akhir Ramadhan. Istriku sering kali sms minta cerai seperti yang pernah ia minta padaku setelah resepsi  pernikahan berakhir. Setiap sms darinya aku simpan. Aku mulai berani bercerita kepada orang tua dan saudara – saudaraku tentang masalah rumah tangga yang baru saja kami bina yang tak mungkin lagi aku lanjutkan. Mendengar ceritaku tersebut, mata ibuku berkaca – kaca melihatku.
Lebaran pun tiba. Setelah melakukan sungkeman kepada kedua orang tuaku, aku berangkat ke rumah istriku di Bangil untuk menceraikannya dan bermaaf – maafan kepada sanak familinya. Setelah mengetahui aku menceraikan istriku, kakak iparku mendatangiku dan marah – marah.
“ Masalah apa yang terjadi sehingga kamu menempuh jalan perceraian ini. Bukankah kamu tahu bahwa perceraian itu adalah perkara halal yang dimurkai oleh Allah. Apakah kamu tidak takut akan murka Allah ?”, kata kakak iparku.
“ Silakan baca sendiri sms ini , Mas !”, aku berkata sambil menyodorkan handponeku kepadanya.
“ Kamu saja yang membacanya !”, pinta kakak ipar,
Aku bacakan sms dari mantan istri yang isinya bahwa dia tidak bisa memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri dan minta diceraikan saja. Setelah aku bacakan sms tersebut , barulah kakak ipar menyadari siapa sebenarnya yang bersalah di antara semua yang telah terjadi. Seandainya aku ditolak seorang wanita sebelum ijab qabul terjadi, bagiku bukan masalah. Tetapi aku ditolak oleh seorang wanita setelah ijab qabul terjadi , tentu akan menimbulkan masalah baik psikis maupun mental bagi diriku maupun orang tuaku.
Kakak ipar berkata ,” Aku bingung , apa yang harus aku katakan kepada bapakmu nanti. Kami malu, malu kepada orang tuamu dan malu kepada tetangga di sekitar ini. Kami akan mengurus perceraianmu tetapi kamu harus sabar menunggu. Usia pernikahanmu baru seumur jagung dan kami harus merahasiakan dulu hal ini agar tidak ada tetangga yang mendengarnya. Kenapa semuanya harus berakhir seperti ini ? Kami telah mengeluarkan biaya pernikahan sebesar 40 juta ternyata hanya  berjalan selama dua bulan.”
Beberapa hari kemudian pihak keluarga mantan istriku datang ke Nganjuk untuk minta maaf dan mengembalikan maskawin yang telah kuberikan. Dengan mengembalikan maskawin  tersebut kepadaku tidak akan  mengubah statusku “ BELUM KAWIN” lagi. Melihat kedatangan pihak keluarga mantan istri datang ke rumah, ibuku menangis histeris di atas lantai selama kurang lebih 15 menit.
Sambil menangis , ibuku berkata,” Oh anakku, kebangeten, bagaimana rasanya sakit hatimu ditolak oleh seorang wanita. Aku doakan seorang ustadzah yang hafidzoh yang telah menolakmu nanti akan masuk surga tanpa dihisab.”
Sungguh mengharukan suasana yang terjadi saat itu. Semuanya terdiam sampai ibuku berhenti  dari tangisnya. Mataku berkaca – kaca karena mendengar jerit tangis dan kata – kata yang diucapkan oleh ibuku. Ternyata bapakku sangat sabar dalam menghadapi kenyataan ini. Bapakku tidak marah sama sekali kepada pihak keluarga mantan istri dan beliau berkata bahwa apa yang telah terjadi adalah suratan dari – Nya.

Perceraian itu telah menambah citra buruk bagi diriku di lingkungan kampung halamanku. Beberapa orang beranggapan bahwa aku benar – benar laki – laki yang tidak normal sehingga sampai istrinya minta diceraikan. Bahkan seorang kyai berkata padaku bahwa jika aku bukan laki – laki lebih baik tidak usah menikah selamanya. Sakit hati oleh omongan tetangga bagiku adalah hal yang biasa biarlah waktu yang akan menjawab segalanya. Setelah kejadian itu, aku mengajar di Surabaya sampai sekarang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAYANAN PENGADUAN PENIPUAN ONLINE : POLDA METRO JAYA

CARA MEMBUAT WEBSITE SENDIRI